alexposada Seorang model dan influencer Kolombia tewas ditembak hanya beberapa hari setelah pembunuhan Valeria Marquez, seorang influencer Meksiko, dengan cara serupa. Kasus ini semakin menyoroti tingginya angka kasus femisida di Amerika Latin.
Maria Jose Estupinan, seorang mahasiswi berusia 22 tahun dari kota Cucuta di timur laut Kolombia, dibunuh pada 15 Mei 2025. Menurut keterangan polisi, tersangka datang ke rumah korban dengan menyamar sebagai pengantar barang. Ia kemudian menembak Estupinan di bagian wajah saat perempuan itu membuka pintu. Rekaman CCTV menunjukkan tersangka melarikan diri tak lama setelah melancarkan aksinya.
“Dia adalah perempuan muda yang penuh semangat dan memiliki masa depan yang cerah, tetapi mimpi-mimpinya kandas begitu saja seperti mimpi banyak perempuan di negara ini,” kata Magda Victoria Acosta, ketua komisi gender nasional di Peradilan Kolombia, dikutip dari CNN.
Estupinan pernah menjadi korban kekerasan oleh pasangannya
Estupinan, yang sering membagikan foto-foto perjalanan dan kehidupan sehari-harinya di media sosial, sebelumnya pernah melaporkan mantan pasangannya atas kasus kekerasan.
Sehari sebelum kematiannya, ia memenangkan perkara tersebut di pengadilan, di mana hakim memerintahkan pelaku untuk membayar ganti rugi sebesar 30 juta peso (sekitar Rp117 juta).
Saat ini, peyelidikan awal mengarah pada kemungkinan kasus femisida, yaitu pembunuhan terhadap perempuan yang dilakukan karena alasan gender.
“Kasus ini bisa jadi merupakan femisida, karena ia telah beberapa kali mengajukan pengaduan terkait kekerasan dalam rumah tangga dalam beberapa tahun terakhir, tetapi hal itu masih dalam proses penyelidikan,” kata Kolonel Leonardo Capacho dari kepolisian Cucuta.
Pemerintah Kolombia dianggap turut bertanggung jawab atas terbunuhnya Estupinan
Dilansir dari The Guardian, para aktivis juga menyalahkan pemerintah Kolombia atas pembunuhan Estupinan.
Alejandra Vera, direktur kelompok feminis yang berbasis di Cucuta, Woman, Speak Out and Move It, mengatakan bahwa kejahatan tersebut sebenarnya dapat dicegah, namun pihak berwenang gagal mengambil tindakan.
“Pembunuhan brutal terhadap Maria Jose adalah hasil dari sistem yang menormalisasi kekerasan terhadap perempuan. Kolombia sedang menghadapi pandemi pembunuhan terhadap perempuan – setiap 28 jam, seorang perempuan menjadi korban. Setiap kejahatan mencerminkan pola impunitas dan kelalaian negara yang sistematis,” jelas Vera.
Menurut Observatorium Femisida Kolombia, kasus femisida di negara Amerika Selatan ini mencapai angka tertinggi dalam tujuh tahun terakhir pada 2024, dengan total 886 kasus.
Sementara itu, LSM Jaringan Perempuan Nasional melaporkan bahwa 73 persen kasus femisida di Kolombia pada 2021-2023 masih belum terpecahkan.
Vera mengungkapkan bahwa undang-undang perlindungan perempuan di Kolombia hanya sebatas di atas kertas. Menurut kelompok Woman, Speak Out and Move It, kepolisian di negara itu kekurangan staf dan sumber daya, jaksa tidak terlatih untuk menyelidiki kekerasan berbasis gender, dan para pelaku kejahatan berulang tidak diawasi dengan baik.
Para aktivis hak perempuan kini mengajak masyarakat untuk melakukan aksi unjuk rasa di Cucuta dan Bogota guna menuntut keadilan bagi Estupinan.
Kasus ini mirip dengan pembunuhan Valeria Marquez
Kasus Estupinan kerap dibanding-bandingkan dengan pembunuhan Valeria Marquez di Meksiko pada 13 Mei lalu. Influencer kecantikan berusia 23 tahun ini tewas ditembak saat sedang melakukan live streaming di TikTok. Kasusnya kini sedang diselidiki sebagai femisida.
Menurut Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin dan Karibia (ECLAC), Meksiko termasuk negara dengan tingkat femisida tertinggi keempat di Amerika Latin dan Karibia. Data menunjukkan bahwa pada 2023, terjadi 1,3 kematian akibat femisida untuk setiap 100 ribu perempuan di sana.
Negara bagian Jalisco, di mana Marquez dibunuh, menempati peringkat keenam dari 32 negara bagian Meksiko berdasarkan jumlah kasus pembunuhan. Menurut firma konsultan data TResearch, sebanyak 906 kasus pembunuhan tercatat di wilayah tersebut sejak Claudia Sheinbaum menjabat sebagai presiden pada Oktober 2024, dikutip dari The Guardian.
Jalisco menempati peringkat keenam di antara 32 negara bagian Meksiko, termasuk Mexico City, dalam hal pembunuhan, dengan 906 pembunuhan tercatat sejak awal masa jabatan Presiden Claudia Sheinbaum pada Oktober 2024, menurut firma konsultan data TResearch.
Negara bagian ini juga merupakan salah satu negara bagian Meksiko yang paling terdampak oleh kartel. Di sinilah, 50 kilometer dari Zapopan, sebuah pusat pelatihan kartel ditemukan pada bulan Maret, dan di sinilah 15.000 orang menghilang sejak tahun 2018.
Pada hari yang sama ketika Ibu Márquez dibunuh, seorang mantan anggota kongres bernama Luis Armando Córdoba Díaz dibunuh hanya dua kilometer jauhnya, menurut surat kabar Reforma .
Menurut negara bagian Jalisco, sebanyak 90% kejahatan tidak pernah dilaporkan atau diselidiki. Kantor jaksa negara bagian juga telah lama dituduh memiliki hubungan dengan kartel, yang dibantahnya.
Kantor kejaksaan mengatakan sejauh ini mereka tidak mempunyai alasan untuk mencurigai bahwa pembunuhan Márquez diperintahkan atau dilaksanakan oleh kelompok kriminal terorganisasi mana pun yang beroperasi di daerah tersebut.
Sebaliknya, kantor tersebut menduga si pembunuh mungkin termotivasi untuk membunuhnya karena jenis kelaminnya.
Media massa Meksiko sebelumnya telah memuat pesan di mana Márquez menyalahkan mantan pasangannya jika sesuatu terjadi padanya.
Wali Kota Zapopan Juan José Frangie mengatakan kantornya tidak memiliki catatan bahwa Márquez meminta bantuan dari pihak berwenang karena adanya ancaman terhadapnya, seraya menambahkan “pembunuhan terhadap perempuan adalah hal terburuk”, menurut kantor berita AFP.
“Menanggapi klaim yang mengarah pada tersangka pelaku pembunuhan terhadap perempuan di Zapopan, kami mengklarifikasi bahwa tidak ada tuduhan langsung terhadap individu mana pun dalam berkas investigasi,” kata kantor kejaksaan Jalisco dalam sebuah pernyataan.
“Semua pernyataan dan petunjuk, termasuk video dan unggahan media sosial, sedang dianalisis. Investigasi dilakukan berdasarkan protokol pembunuhan terhadap perempuan, dengan perspektif gender, tanpa viktimisasi ulang, dan sesuai dengan prinsip legalitas, imparsialitas, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia,” tambahnya.
Kekerasan berbasis gender merupakan masalah serius di Meksiko, negara yang menempati peringkat keempat di Amerika Latin dan Karibia dalam hal tingkat pembunuhan terhadap perempuan, setelah Paraguay, Uruguay, dan Bolivia.
Menurut data terbaru dari Komisi Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Amerika Latin dan Karibia (ECLAC), terdapat 1,3 kematian per 100.000 wanita di Meksiko pada tahun 2023, Reuters melaporkan.
Kurang dari 48 jam sebelum pembunuhan Márquez, Yesenia Lara Gutiérrez, seorang kandidat wali kota Morena (partai yang berkuasa) di kota Texistepec, Veracruz, terbunuh saat berpartisipasi dalam iring-iringan politik. Seperti kasus influencer tersebut, pembunuhan politisi tersebut direkam oleh kamera karena acara tersebut disiarkan langsung di Facebook.